Senin, 28 Desember 2009

"Ternyata, Panglima Itu Adalah Sebuah Kata"

Kekuatan Kata
Mengenal kata
Kata atau ayat adalah suatu unit dari bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat
Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sansekerta kathā. Dalam bahasa Sansekerta kathā sebenarnya artinya adalah "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".
Istilah "kata" sungguh sulit untuk didefinisikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi mengenai kata:
1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
2. konversasi, bahasa
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas
4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)
Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai sebuah morfem atau gabungan morfem.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
 Verba transitif (membunuh),
 Verba kerja intransitif (meninggal),
 Pelengkap (berumah)
3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
 Orang pertama (kami),
 Orang kedua (engkau),
 Orang ketiga (mereka),
 Kata ganti kepunyaan (-nya),
 Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
 Angka kardinal (duabelas),
 Angka ordinal (keduabelas)
7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
 preposisi (kata depan) (contoh: dari),
 konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
 artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
 interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
 partikel
Dalam ilmu linguistik barat ada minimal lima cara dalam menentukan batas-batas kata:
Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini tidaklah sempurna: sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata.
Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya mudah ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara teratur menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh setelah masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa didengarkan pada bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki): vokal dalam sebagian kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata mungkin terjadi setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua bahasa mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada bahasa ini ada pula perkecualiannya.
Satuan semantis
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, ahli bahasa mempergunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.
Kekuatan Kata
Pengaruh kata-kata kpd diri kita sendiri dan orang lain :
Kata-kata berpengaruh kuat dalam hidup kita. Kata-kata baik dapat membuat orang merasa penting, bangga, bersemangat, antusias dan termotivasi. Sebaliknya kata-kata buruk bisa langsung mendemotivasi, membuat sedih, kecewa, marah, dan merasa tidak berharga. Jadi jika kita ingin mengasihi / mencintai orang lain, kita harus memulai dengan mengucapkan kata-kata yang baik, kata-kata yang membesarkan dan membuat orang lain lebih merasa nyaman. Kecintaan kita kepada seseorang memang senantiasa dimulai dengan kata-kata yang baik, yang diucapkan bukan saja dihadapan orang ybs, melainkan juga dibelakangnya.
Kata-kata didepan seseorang haruslah sama baiknya dengan kata-kata dibelakang mereka. Memang, mereka tidak mendengar kata-kata yang buruk yang kita katakan dibelakang mereka. Mereka tidak akan menjadi buruk ketika kita mengatakan buruk. Mereka tidak akan berpengaruh, tetapi kitalah yang terpengaruh, dan kitalah yang akan menjadi buruk.
Kekuatan kata2 dpt disalah gunakan untuk penipuan (dg teknik hipnotis), untuk mendorong menjadi teroris (brain washing)
Airpun mengerti kata-kata kita. Prof. Masaru Emoto (Peneliti Jepang) meneliti pengaruh kata-kata terhadap formasi kristal air. Ketika Air diberi kata-kata yang baik (terima kasih, cinta, bahagia…), air akan meresponnya dengan
membentuk kristal yang indah. Sebaliknya, jika kepada air diucapkan kata-kata negatif (bodoh, malas, tidak bahagia...), air tsb tidak membentuk kristal. Apabila air saja dapat merespons kata-kata yang ditujukan kepadanya, apalagi manusia yang tubuhnya 70 % terdiri dari air. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata kita.
Saat menggunakan kata-kata yang menghakimi, kita sebenarnya sedang menghancurkan orang lain. Ketika menggunakan kata-kata yang menguatkan, kita sedang memotivasi dan memberikan harapan orang lain. Kata-kata buruk : Bodoh, Gagal, Jelek, Kepala batu, Putus Asa, Lamban, Brengsek, menyebalkan. Cobalah anda baca kata-kata tsb dan kemudian pikirkan dan rasakan! Bagaimana persaan anda akibat kata-kata tersebut? Kata-kata baik : Bagus, Hebat, Cerdas, Kreatif, Menarik, Berbakat, Antusias, menyenangkan.

Sumber bacaan
1. H. Alwi; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
2. (1990) Ensiklopedi Nasional Indonesia (ENI), Jilid 8, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, hlm. 217-218.
3. (1997) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
4. Monier-Williams, Monier (1899). Sanskrit-English Dictionary.

Selasa, 01 Desember 2009

masa depan dunia

Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu kewakyu. Alam semesta bersifat kekal, tidak mengakui adanya penciptaan alam. Namun observasi hubble menunjukkan bahwa alam semesta itu tidak statis , melainkan dinamis. Jagad raya ternyata berekspansi. Berdasarkan perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati, para fisikawan kontemporer menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu dengan galaksi kita, Bimasakti.

masa depan dunia

Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu kewakyu. Alam semesta bersifat kekal, tidak mengakui adanya penciptaan alam. Namun observasi hubble menunjukkan bahwa alam semesta itu tidak statis , melainkan dinamis. Jagad raya ternyata berekspansi. Berdasarkan perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati, para fisikawan kontemporer menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu dengan galaksi kita, Bimasakti.

ketika aku tidak mampu bertanya

Menurut Socrates, ilmu adalah pertanyaan. Maka sebenar-benar ilmuku adalah pertanyaanku. Janganlah engkau berharap memperoleh ilmu jika engkau tidak mampu bertanya. Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika yang berarti bercakap-cakap atu dialogmetode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai peranan penting didalamnya. Ia bertolak dari contoh-contoh kongkrit, dan dari situlah dia menyimpulkan pengetahuan yang umum. Sebagai missal Socrates ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan keutamaan. Nah ada banyak orang yang mempunyai keahlian tertentu tyang dianggap mereka masing-masing mempunyai keutamaan. Karena itulah sokrates bertanya kepada tukang besi, apa keutamaan mereka, kepada negarawan, filosof, pedagang dan sebagainya. Cirri-ciri keutamaan bagi mereka bagi mereka tentulah tidak sama, tetapi dari cirri-ciri yang sama, artinay ada cirri yang disepakati oleh masing-masing dari mereka.
Socrates mengupayakan sifat umum keutamaan dengan cara menyebut cirri yang disetujui bersama dengan menyisihkan cirri khusu yang tidak di setujui bersama. Itulah cara membuat definisi tentang suatu obyek.

matematika menganyam dunia

Phytagoras mengatakan ilmu matematika itu koheren. Matematika juga mengatakan bahwa bilangan mengatur dunia dan ruang dipandang bersifat diskrit. Phytagoras memandang dunia sebagai paradoks atau mengalami pertentangan didalamnya. Sehingga pada zaman phitagoras muncul konsep inkumen surability yaitu ketidak sesuaian antara satu sitem yang lain.
Imanuel kant berpendapat bahwa matematika merupakan penetahuan yang bersifat sintetik aposteriori dimana eksistensi matematika tergantung dari panca indera. Serta pendapat dari aliran yang disebut logistic yang berpendapat bahwa matematika merupakan cara berfikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia epiris. Falsafah Kant dalam matematika ini mendapat momentum baru dalam aliran dengan eksponen utamanya adalah seprang ahli matematika yang bernama jan broower.
Disamping itu terdapat pula aliran yang dipelopori oleh david Hilbert dan terkenal dengan sebutkan kaum formalis. Gottlob frege menyatakan bahwa hukum bilangan dapat direduksikan ke dalam preposisi-preposisi, logika. Sedangkan Russel dan whitehead dalam bukunya principia mathematic mencoba untuk membuktikan bahwa matematika seluruhnya dapat direduksikan ke dalam proposisi logika. Pengetahuan tentang bilangan-bilangan menurut frege merupakan pengertian rasional yang bersifat a priori. Hal ini ditentang oleh kaum intuisionis yang menyatakan lewat brower bahwa intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakekat sebuah bilangan harus dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung dan menghitung.

AWAL DAN AKHIR

Awal dan akhir
Zat yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian adalah alam semesta. Oleh karena itu hakikat alam semesta adalah satu, esa, etapi didalam alam yang esa itu di bedakan empat bentuk:
1. alam yang menciptakan, tetapi yang sendiri tidak diciptakan. Alam yang Esa serta sempurna ini adalah Allah, satu-satunya realitas adalah hakikat segala esuatu yang jauh melebihi segala penentuanbahkan yang mengatasi segala “yang ad”. Menurut Johanes, segala nama Allah termasuk Teologia yang bersifat meneguhkan, demi kebenarannya harus segera disusul oleh teologi yang bersifat menyangkalyaitu bahwa manusia hanya bias menyegutkan “Allah itu bukan apa-apa” (bukan ini, bukan itu). Hal ini disebabkan karena Allah adalah transenden, sedemikian rupa hingga hakikatNya tidak dapat dikenal. Dengan demikian maka satu-satunya realitas yang ada dapat dikenal denagn akal, jadi segala pegetahuan manusia tentang realitas yang satu itu tentu berdasarkan wahyu.

2. Alam yang menciptakan, tetapi yang sendiri diciptakan

3. alam yang diciptakan, tetapi yang sendiri tidak menciptakan tekanan.

4. perealisasian segala sesuatu didalam dunia yang tampak. Jagat raya keluar daripada kedalaman dari Allah sendiri. Penciptaan ini terjadi karena roh kudus. Seluruh jagad raya ini adalah bentuk dari segala ide, oleh karenanya mewujudkan symbol-simbol.